makalah agama: akhlak
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Sebagaimana
telah diketahui bahwa komponen utama Agama Islam adalah akidah, syari’ah dan
akhlak. Penggolongan itu didasarkan pada penjelasan Nabi Muhammad kepada
Malaikat Jibril di depan para sahabatnya mengenai arti Islam, Iman dan Ihsan
yang ditanyakan Jibril kepada Beliau. Intinya hampir sama dengan isi yang
dikandung oleh perkataan akidah, syari’ah dan akhlak. Perkataan ihsan diatas
berasal dari kata ahsana-yuhsinu-ihsanan yang berarti berbuat baik.
Di
dalam Al-Qur’an terdapat kata ihsan yang artinya berbuat kebajikan atau
kebaikan diantaranya terdapat pada surat an-Nahl (16) ayat 90 dan kebaikan
terdapat pada surat ar-Rahman (55) ayat 60. Baik kebajikan atau kebaikan rapat
hubungannya dengan akhlak.
Kata
akhlaq yang kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi akhlak berasal dari kata
khilqun, yang mengandung segi-segi persesuaian kata khaliq dan makhluq. Dari
sinilah asal perumusan ilmu akhlak yang merupakan koleksi ugeran yang
memungkinkan timbulnya hubungan yang baik antara makhluk dan Khalik serta
antara makhluk dan makhluk lainnya.
Akhlak
menempati posisi yang sangat penting dalam Islam. Ia dengan takwa, yang akan
dibicarakan nanti, merupakan ‘buah’ pohon Islam yang berakar akidah, bercabang
dan berdaun syari’ah. Pentingnya kedudukan akhlak, dapat dilihat dari berbagai
sunnah qauliyah (sunnah dalam bentuk perkataan) Rasulullah. Diantaranya adalah
:
“Sesungguhnya
aku diutus untuk menyempurnakan akhlak” (HR. Ahmad)
“Mukmin
yang paling sempurna imannya adalah orang yang paling baik akhlaknya” (H.R.
Tarmizi)
Dan, akhlak Nabi Muhammad
yang diutus menyempurnakan akhlak manusia itu disebut akhlak Islam atau akhlak
Islami, karena bersumber dari wahtu Allah yang kini terdapat dari Al-Qur’an
yang menjadi sumber utama agama dan ajaran Islam. Dikalangan umat Islam masalah
yang penting ini sering kurang digambarkan secara baik dan benar kalau
dibandingkan dengan penggambaran tentant syari’at, terutama yang berhubungan
dengan shalat, sehingga akibatnya karena tidak mengenal butir-butir akhlak
agama Islam, dalam praktek, tingkah laku kebanyakan orang Islam tidak sesuain
dengan akhlak Islami yang disebut di dalam Al-Qur’an dan dicontohkan oleh Nabi
Muhammad dalam kehidupan beliau sehari-hari.
1.2. Rumusan Masalah
1.
Bagaimana
pengertian akhlak ?
2.
Bagaimana
ruang lingkup akhlak ?
3.
Bagaimana
perbandingan ukuran baik buruk dalam akhlak dengan aliran dalam filsafat etika
?
4.
Bagaiman
implementasi akhlak dala kehidupan bersama ?
1.3. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai
berikut :
1. Agar pembaca dapat mengetahui dan memahami pengertian
akhlak.
2. Agar para pembaca dapat mengetahui bagaimana ruang
lingkup akhlak.
3. Agar para membaca mengetahui bagaimana perbandingan
ukuran baik buruk dalam akhlak dengan aliran dalam filsafat etika.
4. Agar para pembaca dapat mengerti dan memahami bagaimana
implementasi akhlak dalam kehidupan bersama.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian
dan Ruang Lingkup Akhlak
Kata akhlak berasal dari
kata khilqun, yang mengandung segisegi persesuaian kata
khaliq dan makhluq. Dalam Bahasa Indonesia yang lebih mendekati maknanya dengan
akhlak adalah budi pekerti. Baik budi pekerti maupun akhlak mengandung makna yang ideal, tergantung pada
pelaksanaan atau penerapannya melalui tingkah laku yang mungkin positif atau
baik, seperti amanah, sabar, pemaaf,
rendah hati dll. Dan mungkin negatif atau buruk, seperti sombong, dendam,
dengki, hianat dll.
Akhlak adalah kelakuan
yang timbul dari hasil perpaduan antara hati nurani, pikiran, perasaan, bawaan
dan kebiasaan yang menyatu, membentuk suatu kesatuan tindak lanjut yang
dihayati dalam kenyataan hidup sehari-hari. Dari kelakuan itu lahirlah perasaan
moral (moralsence) yang terdapat di dalam diri manusia sebagai fitrah, sehingga
ia mampu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Menurut definisi yang
dikemukakan oleh Imam Al-Ghazali, akhlak
adalah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa (manusia) yang dapat melahirkan
suatu perbuatan yang mudah dilakukan,
tanpa terlalu banyak pertimbangan dan pemikiran yang lama. Suri teladan yang
diberikan Rasulullah SAW. selama hidup beliau merupakan contoh akhlak yang
tercantum dalam Al-Qur’an. Butir-butir akhlak yang baik yang disebut dalam ayat
yang ada di dalam AlQur’an terdapat juga dalam Al-Hadits yang memuat perkataan,
tindakan dan sikap diam Nabi Muhammad
SAW. selama kerasulan beliau 13 tahun di Mekkah dan 10 tahun di Madinah. Menurut Siti‘Aisyah ra.
(Isteri Rasulullah SAW.), bahwa akhlak
Rasulullah SAW adalah Al-Qur’an. Dan di dalam Al-Qur’an pun Rasulullah SAW.
Dipuji oleh Allah SWT. dengan Firman-Nya “Dan engkau Muhammad, sungguh
memiliki akhlak yang agung”.
(QS. Al-Qalam ayat 4).
Suatu
perbuatan baru dapat disebut sebagai cerminan akhlak, jika memenuhi syarat :
1. Dilakukan
berulang-ulang sehingga hampir menjadi suatu kebiasaan.
2. Timbul
dengan sendirinya, tanpa pertimbangan yang lama dan dipikir-pikir terlebih
dahulu.
Secara garis besarnya akhlak dibagi dua,
yaitu :
2.1.1.
Akhlak
terhadap Allah SWT.
Akhlak kepada Allah dapat diartikan
sebagai sikap atau perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai
makhluk kepada Tuhan sebagai Khalik. Sikap atau perbuatan itu memiliki
ciri-ciri perbuatan akhlak sebagaimana telah disebut diatas. Sekurang-kurangnya
ada empat alasan mengapa manusia perlu beakhlak kepada Allah.
Pertama,
karena Allah-lah yang mencipatakan manusia. Dia yang menciptakan manusia dari
air yang ditumpahkan keluar dari tulang punggung dan tulang rusuk hal ini sebagaimana
di firmankan oleh Allah dalam surat at-Thariq ayat 5-7 yang artinya sebagai
berikut :
“(5)
Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apakah dia diciptakan?, (6) Dia
tercipta dari air yang terpancar. (7) yang terpancar dari tulang sulbi dan
tulang dada.” (at-Thariq : 5-7)
Kedua,
karena Allah-lah yang telah memberikan perlengkapan panca indera, berupa
pendengaran, penglihatan, akal pikiran dan hati sanubari, disamping anggota
badan yang kokoh dan sempurna kepada manusia. Firman Allah dalam surat, an-Nahl
ayat 78 yang artinya adalah:
“Dan
Allah telah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui
sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati, agar kamu
bersyukur”. ( Q.S an-Nahal : 78)
Ketiga,
karena Allah-lah yang telah menyediakan berbagai bahan dan sarana yang
diperlukan bagi kelangsungan hidup manusia, seperti bahan makanan yang berasal
dari tumbuh-tumbuhan, air, udara, binatang ternak dan lainnya. Firman Allah
dalam surat al-Jatsiyah ayat 12-13 yang memiliki arti sebagai berikut :
"(12)
Allah-lah yang menundukkan lautan untuk kamu supaya kapal-kapal dapat berlayar
padanya dengan seizin-Nya, supaya kamu dapat mencari sebagian dari karunia-Nya
dan mudah-mudahan kamu bersyukur. (13) Dan Dia menundukkan untuk kamu apa yang
ada di langit dan apa yang ada di bumi semuanya, (sebagai rahmat) dari pada
Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah)
bagi kamu yang berpikir.” (Q.S al-Jatsiyah : 12-13 )
Keempat,
Allah-lah yang telah memuliakan manusia dengan diberikannya kemampuan, daratan
dan lautan. Firman Allah dalam surat Al-Israa' ayat, 70 yang memiliki arti,
yaitu :
"Dan sesungguhnya telah Kami
muliakan anak-anak cucu Adam, Kami angkut mereka dari daratan dan lautan, Kami
beri mereka dari rizki yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan
yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.”
(Q.S al-Israa : 70)
Sementara itu menurut pendapat
Quraish Shihab bahwa titik tolak akhlak kepada Allah adalah pengakuan dan
kesadaran bahwa tiada Tuhan selain Allah. Dia memiliki sifat-sifat terpuji,
demikian agung sifat itu, jangankan manusia malaikat pun tidak akan mampu
menjangkaunya.
Sedangkan menurut Kahar Masyhur
dalam bukunya yang berjudul “Memnina Moral dan Akhlak” bahwa akhlak terhadap
Allah itu antara lain:
1)
Cinta dan ikhlas kepada Allah SWT.
2)
Berbaik sangka kepada Allah SWT.
3)
Rela terhadap kadar dan qada (takdir baik
dan buruk) dari Allah SWT.
4)
Bersyukur atas nikmat Allah SWT.
5)
Bertawakal / berserah diri kepada Allah
SWT.
6)
Senantiasa mengingat Allah SWT.
7)
Memikirkan keindahan ciptaan Allah SWT.
8)
Melaksanakan apa yang diperintahkan dan
dilarang Allah SWT.
Dari uraian-uraian diatas
dapat dipahami bahwa akhlak terhadap Allah SWT, yaitu bahwa manusia seharusnya
selalu mengabdikan diri hanya kepada-Nya sematadengan penuh keikhlasan dan
bersyukur kepada-Nya, sehingga ibadah yang dilakukan ditunjukkan untuk
memperoleh keridhaan-Nya. Dalam melaksanakan kewajiban yang diperintahkan oleh
Allah, terutama melaksanakan ibadah-ibadah pokok, seperti shalat, zakat, puasa,
haji, haruslah menjaga kebersihan badan dan pakaian, lahir dan batin dengan
penuh keikhlasan. Tentu yang tersebut bersumber kepada Al-Qur’an yang harus
dipelajari dan dipelihara kemurniannyadan pelestariannya oleh umat Islam.
2.1.2.
Akhlak
terhadap makhluk (semua ciptaan Allah SWT.)
Akhlak terhadap makhluk
dapat dibagi dua, yaitu :
a) Akhlak terhadap manusia
Banyak
sekali rincian yang dikemukakan Al-Qur'an berkaitan dengan perlakuan sesama
manusia. Petunjuk dalam hal ini bukan hanya dalam bentuk larangan melakukan
hal-hal negative seperti membunuh, menyakiti badan, atau mengambil harta tanpa
alasan yang benar, tetapi juga sampai kepada menyakiti hati dengan cara
menceritakan aib sesorang dibelakangnya, tidak perduli aib itu benar atau
salah. Dalam hal ini Allah berfiman dalam Al-Qur'an surat Al-Baqarah ayat 263
yang artinya sebagai berikut:
"Perkataan
yang baik dan pemberian ma'af, lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan
sesuatu yang menyakitkan (perasaan penerimanya), Allah Maha Kaya Lagi Maha
Penyantun.” (al-Baqarah :263)
Di
sisi lain Al-Qur'an menekankan bahwa setiap orang hendaknya didudukan secara
wajar. Tidak masuk kerumah orang lain tanpa izin, jika bertemu saling
mengucapkan salam, dan ucapan yang dikeluarkan adalah ucapan yang baik, hal ini
dijelaskan dalam surat an-Nur ayat 24 yang dapat diartikan sebagai berikut :
"Pada
hari (ketika), lidah, tangan dan kaki mereka menjadi saksi atas mereka terhadap
apa yang dahulu mereka kerjaka”. (An-Nur : 24)
Akhlak terhadap manusia dibagi menjadi dua, yaitu :
·
Akhlak
terhadap diri sendiri
·
Akhlak
terhadap orang lain
b) Akhlak terhadap bukan manusia
Yang
dimaksud dengan lingkungan adalah segala sesuatu yang disekitar manusia, baik
binatang, tumbuh-tumbuhan maupun benda-benda yang tidak bernyawa.
Pada
dasarnya akhlak yang diajarkan al-Qur'an terhadap lingkungan bersumber dari
fungsi manusia sebagai khalifah. Kekhalifahan menuntut adanya interaksi antara
manusia dengan sesamanya dan manusia terhadap alam. Kekhalifahan mengandung
arti pengayoman, pemeliharaan, serta bimbingan, agar setiap makhluk mencapai
tujuan penciptaanya.
Dalam
pandangan Islam, seseorang tidak dibenarkan mengambil buah sebelum matang, atau
memetik bunga sebelum mekar, karena hal ini berarti tidak memberi kesempatan
kepada makhluk untuk mencapai tujuan penciptaannya. Ini berarti manusia
dituntut mampu menghormati proses yang sedang berjalan, dan terhadap proses
yang sedang terjadi. Yang demikian mengantarkan manusia bertangung jawab,
sehingga ia tidak melakukan perusakan terhadap lingkungan harus dinilai sebagai
perusakan pada diri manusia itu sendiri. Binatang, tumbuh-tumbuhan dan
benda-benda tak bernyawa semuanya di ciptakan oleh Allah SWT, dan menjadi
milik-Nya, serta kesemuanya memiliki ketergantungan kepada-Nya. Keyakinan ini
mengantarkan seorang muslim untuk menyadari bahwa semunya adalah
"umat" Tuhan yang harus diperlakukan secara wajar dan baik. Akhlak terhadap selain manusia dibagi menjadi dua, yaitu
:
·
Akhlak terhadap makhluk hidup bukan
manusia, seperti akhlak terhadap
tumbuh-tumbuhan (flora) dan hewan (fauna).
·
Akhlak terhadap makhluk (mati) bukan
manusia, seperti akhlak terhadap
tanah, air, udara dsb. Akhlak terhadap manusia dan bukan manusia, kini disebut akhlak
terhadap lingkungan hidup.
2.2.
Perbandingan Ukuran Akhlak dengan Filsafat Etika
Perkataan
akhlak sering juga disamakan dengan kesusilaan atau sopan santun. Bahkan,
supaya kedengarannya lebih modern dan mendunia, perkataan akhlak kini sering
diganti dengan kata moral atau etka. Moral berasal dari Bahasa Latin yakni
Mores, jamak kata mos yang berarti adat kebiasaan. Dalam Kamus Bahasa
Indonesia, moral artinya ajaran tentang baik buruk yang diterima umum mengenai
perbuatan, sikap, kewajiban, budi pekerti dan akhlak. Moral adalah istilah yang
digunakan untuk menentukan batas-batas suatu sifat, perangai, kehendak,
pendapat atau perbuatan yang layak dikatakan benar, salah, baik dan buruk.
Dimasukkannya penilaian benar atau salah ke dalam moral, jelas menunjukkan
salah satu perbedaan antara moral dengan akhlak, sebab benar salah adalah penilaian
di pandang dari sudut hukum yang di dalam agama Islam tidak dapat dicerai
pisahkan dengan akhlak.
Etika
berasal dari Bahasa Yunani yakni Ethos, yang berarti kebiasaan. Yang dimaksud
adalah kebiasaan baik atau kebiasaan
buruk. Umumnya, kata etika diartikan sebagai ilmu. Makna etika dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia adalah ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan
tentang hak dan kewajiban moral atau akhlak. Di dalam Ensiklopedi Pendidikan,
diterangkan bahwa etika adalah filsafat tentang nilai, kesusilaan tentang baik
dan buruk. Kecuali mempelajari nilai-nilai, etika merupakan pengetahuan tentang
nilai-nilai itu sendiri. Sebagai cabang
filsafat yang mempelajari tingkah laku manusia untuk menentukan nilai perbuatan baik atau buruk, ukuran yang dipergunakannya
adalah akal pikiran. Akallah yang menentukan apakah perbuatan manusia itu baik
atau buruk. Kalau moral dan etikadiperbandingkan, maka moral lebih bersifat praktis, sedangkan etika bersifat
teoritis. Moral bersifat lokal, sedangkan etika bersifat umum (regional).
Akhlak
Islami berbeda dengan moral dan etika. Perbedaannya dapat dilihat terutama dari
sumber yang menentukan mana yang baik dan mana yang buruk. Yang baik menurut
akhlak adalah segala sesuatu yang berguna, yang sesuai dengan nilai dan norma
agama; nilai dan norma yang terdapat dalam masyarakat, bermanfaat bagi diri
sendiri dan orang lain. Yang buruk adalah segala sesuatu yang tidak berguna,
tidak sesuai dengan nilai dan norma agama serta nilai dan norma masyarakat,
merugikan masyarakat dan diri sendiri. Yang menentukan baik dan buruk suatu
sikap yang melahirkan perilaku atau perbuatan manusia, di dalam agama dan
ajaran Islam adalah AlQur’an yang dijelaskan dan dikembangkan oleh Rasulullah
SAW dengan sunnah beliau yang kini dapat
dibaca dalam kitab-kitab hadits. Yang menentukan perbuatan baik atau buruk
dalam moral dan etika adalah adat istiadat dan pikiran manusia dalam masyarakat
pada suatu tempat di suatu masa. Di
pandang dari sumbernya, akhlak islami bersifat tetap dan berlaku untuk
selama-lamanya, sedangkan moral dan etika berlaku selama masa tertentu di suatu
tempat tertentu. Konsekuensinya, akhlak Islami bersifat mutlak, sedangkan moral dan etika bersifat relatif (nisbi).
2.3.
Implementasi
Akhlak Terhadap Kehidupan Bersama
Butir-butir
akhlak di dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits bertebaran laksana gugusan
bintang-bintang di langit. Selain satu
butir dapat dilihat dari berbagai segi, juga mempunyai kaitan bahkan persamaan
dengan taqwa. Karena itu hanya dicantumkan beberapa saja sebagai contoh,
diantaranya adalah :
2.3.1. Akhlak terhadap Allah SWT.
1) Al-Hubb,
yaitu mencintai Allah SWT. melebihi cinta kepada apa dan siapapun juga dengan
mempergunakan firman-Nya dalam Al-Qur’an sebagai pedoman hidup dan kehidupan;
Kecintaan kita kepada Allah SWT. diwujudkan dengan cara melaksanakan segala
perintah dan menjauhi segala larangan-Nya.
2) Al-Raja,
yaitu mengharapkan karunia dan berusaha memperoleh keridhaan Allah SWT.
3) As-Syukr,
yaitu mensyukuri nikmat dan karunia Allah SWT.
4) Qana’ah,
yaitu menerima dengna ikhlas semua qadha dan qadhar Allah SWT. setelah
berikhtiar maksimal (sebanyakbanyaknya, hingga batas tertinggi).
5) Memohon
ampun hanya kepada Allah SWT.
6) At-Taubat,
yaitu bertaubat hanya kepada Allah SWT. Taubat yang paling tinggi adalah
taubat nasuha yaitu taubat benarbenar
taubat, tidak lagi melakukan perbuatan sama yang dilarang Allah SWT. dan dengan
tertib melaksanakan semua perintah dan menjauhi segala larangan-Nya.
7) Tawakal
berserah diri kepada Allah SWT.
2.3.2. Akhlak terhadap Makhluk
1) Akhlak
terhadap Manusia
A. Akhlak
terhadap Rasulullah (Nabi Muhammad SAW.), diantaranya:
·
Mencintai Rasulullah SAW. secara tulus
dengan mengikuti semua sunnahnya.
·
Menjadikan Rasulullah SAW. sebagai idola,
suri teladan dalam hidup dan kehidupan.
·
Menjalankan apa yang disuruh-Nya, tidak
melakukan apa yang dilarang-Nya.
B.
Akhlak terhadap Orang Tua (birrul
walidain), diantaranya:
·
Mencintai mereka melebihi cinta kepada
kerabat lainnya.
·
Merendahkan diri kepada keduanya diiringi
perasaan kasih sayang.
·
Berkomunikasi dengan orang tua dengan
hikmat, mempergunakan kata-kata lemah lembut.
·
Berbuat baik kepada bapak-ibu dengan
sebaikbaiknya, dengan mengikuti nasehat baiknya, tidak menyinggung perasaan dan
menyakiti hatinya, membuat bapak-ibu ridha.
·
Mendo’akan keselamatan dan keampunan bagi mereka
kendatipun seorang atau kedua-duanya telah meninggal dunia.
C.
Akhlak terhadap Diri Sendiri, diantaranya
:
·
Memelihara kesucian diri.
·
Menutup aurat (bagian tubuh yang tidak
boleh kelihatan, menurut hukum dan akhlak Islam).
·
Jujur dalam perkataan dan berbuat ikhlas
serta rendah diri.
·
Malu melakukan perbuatan jahat.
·
Menjauhi dengki dan menjauhi dendam.
·
Berlaku adil terhadap diri sendiri dan
orang lain.
·
Menjauhi segala perkataan dan perbuatan
sia-sia.
D.
Akhlak terhadap Keluarga, diantaranya :
·
Saling membina rasa cinta dan kasih sayang dalam kehidupan keluarga
·
Saling menunaikan kewajiban untuk
memperoleh hak.
·
Berbakti kepada bapak-ibu.
·
Mendidik anak-anak dengan kasih sayang.
·
Memelihara hubungan silahturrahim dan
melanjutkan silahturrahmi yang dibina
orang tua yang telah meninggal dunia.
E.
Akhlak terhadap Tetangga, diantaranya :
·
Saling mengunjungi.
·
Saling bantu di waktu senang, lebih-lebih
tatkala susah.
·
Saling beri-memberi, saling
hormat-menghormati.
·
Saling menghindari pertengkaran dan
permusuhan.
F.
Akhlak terhadap Masyarakat, diantaranya :
·
Memuliakan tamu.
·
Menghormati nilai dan norma yang berlaku
dalam masyarakat bersangkutan.
·
Saling menolong dalam melakukn kebajikan
dan taqwa.
·
Menganjurkan anggota masyarakat termasuk
diri sendiri berbuat baik dan mencegah diri sendiri dan orang lain melakukan
perbuatan jahat (mungkar).
·
Memberi makan fakir miskin dan berusaha
melapangkan hidup dan kehidupannya.
·
Bermusyawarah dalam segala urusan mengenai
kepentingan bersama.
·
Mentaati putusan yang telah diambil.
·
Menunaikan amanah dengan jalan
melaksanakan kepercayaan yang diberikan seseorang atau masyarakat kepada kita.
·
Menepati janji.
2) Akhlak terhadap Bukan Manusia (Lingkungan Hidup)
· Sadar
dan memelihara kelestarian lingkungan hidup.
· Menjaga
dan memanfaatkan alam terutama hewani dan nabati, flora dan fauna yang sengaja
diciptakan Allah SWT. untuk kepentingan manusia dan makhluk lainnya.
· Sayang
pada sesama makhluk.
Butir-butir di atas
merupakan akhlak yang baik. Ulama akhlak menyatakan bahwa akhlak yang baik
merupakan sifat para Nabi dan orang-orang shiddiq, sedangkan akhlak yang buruk
merupakan sifat setan dan orang-orang tercela. Dengan demikian, akhlak terbagi
menjadi dua jenis, yaitu :
1.
Akhlak baik atau terpuji (Akhlaqul
Mahmudah), yakni perbuatan baik terhadap Allah SWT., terhadap sesama manusia
dan makhluk lainnya.
2.
Akhlak yang tercela, (Akhlaqul Madzmumah),
yakni perbuatan buruk terhadap Allah SWT., perbuatan buruk dengan sesama
manusia dan makhluk lainnya.
Berikut
akan diuraikan secara singkat mengenai akhlak yang tercela :
a.
Akhlak buruk terhadap Allah SWT. :
·
Takabbur (Al-Kibru),
yaitu sikap yang menyombongkan diri, sehingga tidak mau mengakui kekuasaan
Allah SWT. di alam ini, termasuk mengingkari nikmat Allah SWT. yang ada
padanya.
·
Musyrik
(Alk-Syirk), yaitu sikap yang mempersekutukan Allah SWT. dengan
makhluk-Nya, dengan cara menganggapnya bahwa ada suatu makhluk yang menyamai
kekuasaan-Nya.
·
Murtad
(Ar-Riddah), yaitu sikap yang
meninggalkan atau keluar dari agama Islam, untuk menjadi kafir.
·
Munafiq (An-Nifaaq), yaitu sikap yang
menampilkan dirinya bertentangan dengan kemauan hatinya dalam kehidupan
beragama.
·
Riya’ (Ar-Riyaa’), yaitu sikap yang selalu
menunjuknunjukkan perbuatan baik yang dilakukannya. Maka ia berbuat bukan
karena Allah SWT. melainkan hanya ingin
dipuji oleh sesama manusia. Jadi perbuatan ini kebalikan dari sikap ikhlas.
·
Boros atau Berfoya-foya (Al-Israaf), yaitu perbuatan yang selalu
melampaui batas-batas ketentuan agama. Allah SWT. melarang bersikap boros,
karena hal itu dapat melakukan dosa terhadap-Nya, merusak perekonomian manusia,
merusak hubungan sosial dan merusak diri sendiri.
·
Rakus atau Tamak (Al-Hirshu atau Ath-Thama’u), yaitu sikap
yang tidak pernah merasa cukup, sehingga selalu ingin menambah apa yang
seharusnya ia miliki, tanpa memperhatikan orang lain. Hal ini termasuk
kebalikan dari rasa cukup (Al-Qanaa’ah) dan merupakan akhlak buruk terhadap
Allah SWT. karena melanggar ketentuan laranganNya.
b.
Akhlak buruk terhadap Manusia :
·
Mudah marah (Al-Ghadhab),
yaitu kondisi emosi seseorang yang tidak dapat ditahan oleh
kesadarannya, sehingga menonjolkan sikap dan perilaku yang tidak menyenangkan
orang lain.
·
Iri hati atau dengki (Al-Hasadu atau
Al-Hiqdu), yaitu sikap kejiwaan seseorang yang selalu mengingingkan agar
kenikmatan dan kebahagiaan hidup orang lain bisa hilang sama sekali.
·
Mengadu-adu (An-Namiimah), yaitu perilaku yang suka
memindahkan perkataan seseorang kepada orang lain, dengan maksud agar hubungan
sosial keduanya rusak.
·
Mengumpat
(Al-Ghiibah), yaitu perilaku yang suka membicarakan keburukan seseorang kepada orang lain.
·
Bersikap congkak (Al-Ash’aru), yaitu sikap dan perilaku yang
menampilkan kesombongan, baik dilihat dari tingkah lakunya maupun dari perkataannya.
·
Sikap kikir (Al-Bukhlu), yaitu sikap yang tidak mau
memberikan nilai materi dan jasa kepada orang lain.
·
Berbuat aniaya (Azh-Zhulmu), yaitu suatu
perbuatan yang merugikan orang lain, baik kerugian materiil maupun non
materiil. Dan ada juga yang mengatakan bahwa seseorang yang mengambil hak-hak
orang lain termasuk perbuatan dzalim (menganiaya).
BAB
III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Kata akhlak berasal dari
kata khilqun, yang mengandung segi-segi persesuaian kata khaliq dan makhluq.
Dalam Bahasa Indonesia yang lebih mendekati maknanya dengan akhlak adalah budi pekerti.
Baik budi pekerti maupun akhlak mengandung makna yang ideal, tergantung pada
pelaksanaan atau penerapannya melalui tingkah laku yang mungkin positif atau
baik, seperti amanah, sabar, pemaaf, rendah hati dll. Dan mungkin negatif atau
buruk, seperti sombong, dendam, dengki, hianat dll.
Akhlak adalah kelakuan
yang timbul dari hasil perpaduan antara hati nurani, pikiran, perasaan, bawaan
dan kebiasaan yang menyatu, membentuk suatu kesatuan tindak lanjut yang
dihayati dalam kenyataan hidup sehari-hari. Dari kelakuan itu lahirlah perasaan
moral (moralsence) yang terdapat di dalam diri manusia sebagai fitrah, sehingga
ia mampu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Menurut definisi yang
dikemukakan oleh Imam Al-Ghazali, akhlak adalah suatu sifat yang tertanam dalam
jiwa (manusia) yang dapat melahirkan suatu perbuatan yang mudah dilakukan,
tanpa terlalu banyak pertimbangan dan pemikiran yang lama.
Akhlak secara garis besar
dibagi menjadi 2 yaitu :
·
Akhlak terhadap Allah SWT.
·
Akhlak terhadap makhluk (semua ciptaan
Allah SWT).
Komentar